Minggu, 13 November 2011

Mandiin Kucing
Sore itu ada seorang mbah yang berjalan menuju tokonya Pak Udin hendak membeli sesuatu.
Si Mbah : "Aku beli sabun deterjen, satu saja yaah...."

Pak Udin : "Buat apa, Mbah ? Tumben mencuci baju..."

Si Mbah : "Enggak!..Ini loh kucingku kena lumpur terus ini mau aku cuci biar bersih lagi."

Pak Udin : "Owalah mbah, mbah ini kok aneh-aneh aja, kucingnya nanti mati loh. Kucing kok dicuci pakai deterjen"

Dinasehati oleh Pak Udin, si Mbah rupanya tetep ingin beli deterjen itu. Pak Udin akhirnya juga tetap melayani permintaan si mbah untuk beli deterjen.

Esok harinya, si mbah datang ke tokonya Pak Udin.

Pak Udin : "Bagaimana kabar kucingnya mbah ?"

Si Mbah : "Kucingku mati"

Pak Udin : "Lhaaa benar khan ? kemaren di nasehati mbah tidak percaya, kucing itu tidak bisa dicuci pakai deterjen"

Si Mbah : "Kucingku mati bukan karena aku cuci pakai deterjen. Setelah aku cuci dengan deterjen kucingku masih hidup kok"

Pak Udin : "Terus matinya karena apa, mbah"

Si Mbah : "Aku peraaas...."
KISAH JANDA YANG DAHAGA DI TINGGAL SUAMINYA...

Hasnah adalah seorang janda kaya raya yang suaminya baru saja meninggal dunia akibat kecelakaan jalan raya.

Usianya masih muda, masih di bawah 30 tahun dan secara fisik, Hasnah termasuk cantik, potongan tubuh nya pun bisa dibilang sangat molek.

Sejak kematian suaminya, Hasnah selalu diganggu oleh pemuda-pemuda di sekitar rumahnya yang sudah lama memendam rasa kepadanya. Namun begitu, Hasnah tidak pernah melayani pemuda2 tersebut, karena hatinya masih rindu kepada suaminya, walaupun sebenarnya di dalam hatinya terasa sangat2 kesepian.

Terlebih lagi di malam hari... Rasa kesepian di hatinya tak ada yang tahu.

Pada satu malam, kira-kira pukul 2 pagi.... Hasnah bangun dari tidurnya. Badannya terasa panas... tenggorokannya terasa haus... Hasnah merasa begitu dahaga sekali...

Hasnah bangun perlahan dan keluar dari kamar menuju ke dapur...langkahnya begitu cepat seiring dahaga yang tengah menerpanya.
Sesampai di dapur... Hasnah langsung membuka kulkas dan mengambil sebotol air dingin sejuk...

Hasnah menuangnya ke dalam gelas dan meminumya dengan cepat. Setelah meminum air tersebut... Hasnah kembali ke dalam kamar untuk tidur kembali.

Begitulah kira-kira kisah mengenai seorang janda yang dahaga.

http://www.metropharma.com/index.html

"Maafkan aku ibuku"

Kisah inspiratif dari seberang "Maafkan aku Ibuku"
Saat engkau hadir di dunia ini, Ibu mendekapmu erat dalam hangat peluknya.
Engkau mensyukurinya dengan menjerit sekencang mungkin.

Saat engkau berumur 1 tahun, Ibu menyusui dan memandikanmu.
Engkau mensyukurinya dengan tangisanmu yang membangunkannya di tengah malam.

Saat engkau berumur 2 tahun, Ibu melatihmu berjalan.
Engkau mensyukurinya dengan berlari menjauh saat Ibu memanggil.

Saat engkau berumur 3 tahun, Ibu membuatkan bubur untukmu dengan penuh cinta.
Engkau mensyukurinya dengan membanting mangkokmu ke lantai hingga berceceran.

Saat engkau berumur 4 tahun, Ibu memberimu pensil warna.
Engkau mensyukurinya dengan mencoreti permukaan meja makan.

Saat engkau berumur 5 tahun, Ibu memakaikan pakaian terbaik untukmu dan mengajakmu jalan-jalan. Engkau mensyukurinya dengan meloncat-loncat di atas genangan lumpur yang kau jumpai.

Saat engkau berumur 6 tahun, Ibu memasukkanmu ke sekolah dasar.
Engkau mensyukurinya dengan berteriak, "AKU TIDAK MAUU !!"

Saat engkau berumur 7 tahun, Ibu membelikanmu bola sepak.
Engkau mensyukurinya dengan menyepaknya kuat-kuat hingga memecahkan kaca jendela tetanggamu.

Saat engkau berumur 8 tahun, Ibu membelikanmu es krim.
Engkau mensyukurinya dengan menumpahkannya ke pangkuanmu.

Saat engkau berumur 9 tahun, Ibu membayarkan kursus piano untukmu.
Engkau mensyukurinya dengan tak pernah serius berlatih.

Saat engkau berumur 10 tahun, Ibu mengantarkanmu bermain bola, berolahraga dan ke pesta ulang tahun temanmu.
Engkau mensyukurinya dengan melompat keluar dari mobil tanpa berpamitan.

Saat engkau berumur 11 tahun, Ibu mengajak engkau dan temanmu ke bioskop.
Engkau mensyukurinya dengan menyuruh Ibu duduk di barisan yang berbeda.

Saat engkau berumur 12 tahun, Ibu mengingatkanmu untuk tidak menonton acara TV tertentu.
Engkau mensyukurinya dengan menunggu hingga Ibu keluar rumah.

Belasan tahun kemudian,

Saat engkau berumur 13 tahun, Ibu menyuruhmu memotong rambut.
Engkau mensyukurinya dengan mengatakan bahwa Ibu tidak mengerti mode.

Saat engkau berumur 14 tahun, Ibu membayarkan kemah remaja selama sebulan untukmu.
Engkau mensyukurinya dengan tak pernah menceritakan kabarmu selama itu.

Saat engkau berumur 15 tahun, Ibu pulang dari kantor, mencari pelukanmu.
Engkau mensyukurinya dengan menutup dan mengunci pintu kamarmu.

Saat engkau berumur 16 tahun, Ibu mengajarkan padamu cara mengendarai mobil.
Engkau mensyukurinya dengan memakai mobil setiap ada kesempatan.

Saat engkau berumur 17 tahun, Ibu menunggu telepon penting.
Engkau mensyukurinya dengan bertelepon ria sepanjang malam.

Saat engkau berumur 18 tahun, Ibu menangis haru pada hari kelulusanmu.
Engkau mensyukurinya dengan berpesta pora bersama temanmu hingga fajar menjelang.

Ketika tubuh ibumu bertambah lemah, semakin tua ...

Saat engkau berumur 19 tahun, Ibu membayari biaya kuliahmu, mengantarkanmu ke kampus dan membawakan barang-barangmu.
Engkau mensyukurinya dengan berpamitan sedemikian rupa, agar tak nampak Ibu memelukmu di depan teman-temanmu.

Saat engkau berumur 20 tahun, Ibu bertanya sudahkah engkau mempunyai pacar ?
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Bukan urusanmu."

Saat engkau berumur 21 tahun, Ibu menyarankanmu bekerja di bidang ini-itu kelak.
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Aku tidak mau seperti Ibu."

Saat engkau berumur 22 tahun, Ibu memelukmu saat tibanya hari wisudamu.
Engkau mensyukurinya dengan minta hadiah tur ke Eropa.

Saat engkau berumur 23 tahun, Ibu memberikan perabotan untuk rumah kontrakanmu.
Engkau mensyukurinya dengan mengatakan pada temanmu, perabotan itu jelek.

Saat engkau berumur 24 tahun, Ibu bertemu dengan pacarmu dan menanyakan rencana pernikahanmu. Engkau mensyukurinya dengan melotot dan menggeram, "Ibuu ... nantilah !"

Saat engkau berumur 25 tahun, Ibu membantu biaya pesta pernikahanmu dan Ibu menangis bahagia, serta mengatakan betapa besar cintanya padamu.
Engkau mensyukurinya dengan pindah ke luar kota.

Saat engkau berumur 30 tahun, Ibu memberi nasihat untuk perawatan anak-anakmu.
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, "Sekarang zamannya sudah beda."

Saat engkau berumur 40 tahun, Ibu menelponmu dan mengingatkan akan acara perkumpulan keluarga. Engkau mensyukurinya dengan mengatakan bahwa engkau benar-benar sibuk sekarang.

Saat engkau berumur 50 tahun, Ibu jatuh sakit dan membutuhkan engkau untuk merawatnya.
Engkau mensyukurinya dengan menceritakan kisah orang tua yang menjadi beban bagi anak-anaknya.

Hingga kemudian, di suatu hari, Ibu meninggal.

Dan segala sesuatu yang tak pernah kau baktikan untuk Ibu setulusnya, menjelma menjadi penyesalan yang menyiksa dirimu seumur hidup, menghujam sampai lubuk hatimu bak halilintar.

Semuanya sudah terlambat.
Kini setiap saat tinggalah penyesalanmu "Maafkan aku ibuku"